Latest Post

Cutting The Line.

Written By Unknown on Thursday, 27 August 2009 | 04:58


Three lessons from my post office.

1) Don't put a sign announcing changes at the entrance.

It seems logical to put it there, but people have been visiting the post office since they were young and they are not there to browse. They have a purpose and will purposefully walk straight past your sign because they know what they want to do and will not be seeking guidance. If you want to change their behaviour, a sign won't cut it. You have to understand their existing behaviour and adapt to it.

2) Don't dislocate human contact with your customer.

Yes, the queues/lines are a source of dissatisfaction. The solution is to reduce the waiting time not to displace it by getting people to sit down and wait for a number to be called. Moreover, a queue does give the customer some sense of connectedness with their goal where waiting for a number to be called with no indication of "time till service" is alienating.

(Side note - if you do have an indicator of "time till service", make sure it's accurate and make sure it counts down - unlike that in my revamped council office that identified me as the only person waiting for attention from a particular department and proclaimed my waiting time as 5 minutes, then 10 minutes, then 15 as the attention failed to materialise. Seeing your waiting time reduce is encouraging, seeing your waiting time being relayed to you is beyond annoying).

3) Don't berate customers for not understanding your new system.

Were a customer to stride past your sign on the way to buying some stamps and then stop bemusedly when assailed with an interior that looked like a doctor's waiting room with faux-leather banquettes scattered around, don't ask him if he's got a ticket. Ask him how you can help. And if he were hypothetically to ask what sort of stupid system this was, don't answer one in which queue jumpers are frowned upon. He might take offence at the implication, he might never darken your doors again and he might write to the chief executive about it. Hypothetically, of course.

The queue is never the real problem, the wait is.

500 Days Of Summer.

Written By Unknown on Wednesday, 26 August 2009 | 05:17


Some blogs recently suggested that fiction titles were better sources of business advice than the traditional non-fiction tomes.

Accordingly I was going to recommend the new movie 500 Days of Summer as a guide to the futility of trying to match your product/service with people who are just not interested. But that's not why you go to movies, so I leave what you take from it up to you.

I'll simply recommend it highly and, in line with the impact of previous recommendations here, I expect its success further to confirm my influencer status.

Marketing Encore.

Written By Unknown on Monday, 24 August 2009 | 01:24


One of the oddest aspects of live performance is the end of a comedian's set. The end of a theatrical or a musical performance is usually very obvious. Climactic even. The audience shows its appreciation and there may well be an encore or a curtain call.

In comedy, the performer tells a final joke and that's it. You don't really know it's the last joke until they say "thank you and good night". And is there anything more incongruous than a comedy encore? The performers who've thought this through are few and far between, they stand out a mile and they tend to be the best performers anyway.

The way you take your leave of your audience is much under-rated. First impressions are important, but so are last ones. Is your audience's last impression one of resisting unwanted up selling offers, one of indifference as you look for the next prospect or one of unsatisfied needs that leave them in the same position they were when you strove to make that first impression?

Or is it something that cleanly ends the encounter in a way that leaves them eager for an encore?

Universal Linux Installer, a Concept of the Future of Linux Software Packaging

Written By Unknown on Tuesday, 18 August 2009 | 01:10





One big technical trouble of Linux for newbie user is in Software Management. Because of the large of software development in Linux, each software package on Linux is depended on many other software packages. This condition is usually called as package dependency.



In many common cases of software upgrading issues on Linux, the package dependency is became a biggest problem and unsolvable. If we need to get upgrade on one software, we have to upgrade many other software packages or software libraries packages of our Linux system. And if we upgrade many fundamental libraries of our system, the other softwares will be removed. Arghhhhhhhhh! ^_^



The only one way to solve the dependency trouble on software upgrading is system upgrading. We have to upgrade our whole Linux system, to be able to installs the newer version of the softwares we need. Of course not all software upgrading need to be solved by system upgrading. There are many newer software in Linux that built as a universal and independent software installer (e.g. OpenOffice.org). Hmmmmmh :D



I usually imagine its will be so great thing if the software management of Linux would be simplified, as well as software management of Microsoft Windows or Mac OS X. And I know, I have to reach my imagination by my own self to realize. And for the first step, I`ve successfully re-packaged the XMMS Music Player to be a “Universal Linux Installer”. Not a big deal, but its so great!



| Download XMMS Universal Installer |





Mengatasi Masalah VGA Lama Pada Ubuntu Jaunty : Kasus VGA Onboard SiS Klasik



Contoh file konfigurasi /etc/X11/xorg.conf

Perbesar Screenshot

Ubuntu agak sedikit kurang bersahabat dengan hardware lama! Hahahahaha! Ya! Kadang saya berkesimpulan seperti itu. Salah satu kasusnya adalah terjadi pada PC saya. Mari kita simak!



Spesifikasi PC saya adalah :

Intel PIV 2,4 GHz

Mem 512 MB

Onboard VGA SiS (model entah, kurang paham detil model)

Monitor 17” max res 1280x1024 pix



Permasalahan yang cukup membuat sedih adalah onboard VGA SiS klasik saya tidak terdeteksi. Alhasil, resolusi layar yang disajikan ubuntu Hardy, Intrepid dan Jaunty hanya mencapai maksimal 1024x768 pixel. Padahal, monitor saya bisa menampilkan maksimal resolusi 1280x1024 pixel. Saya sedih, karena saya sangat suka bekerja dengan resolusi desktop yang besar. Area kerja desktop jadi terkesan lega :D



Kenapa saya hanya bilang Ubuntu, karena pada (segala versi) Mandriva Linux, Onboard VGA SiS klasik saya terdeteksi dengan sempurna. Saya menemui permasalahan ini pada Ubuntu dan Fedora.



Lalu bagaimana?



Usut di usut, ternyata Ubuntu versi lama, yaitu mulai 7.10 (Gutsy) ke bawah, masih bisa mengenali onboard VGA SiS saya dengan sangat sempurna. Wah, dapatlah ide. Saya boot liveCD Ubuntu Gutsy, dan saya copy-paste kan file /etc/X11/xorg.conf milik Ubuntu Gutsy ke dalam sistem Ubuntu Hardy, dan berhasil 100 % ! :D



Namun ternyata namun, trik tersebut tidak berhasil pada Ubuntu Jaunty Jackapole 9.04. Walaupun saya menggunakan file konfigurasi /etc/X11/xorg.conf milik Ubuntu Gutsy, tetap saja tidak bekerja dan bahkan xserver error! Aduuuuuh!



Setelah saya kembalikan konfigurasi /etc/X11/xorg.conf Ubuntu Jaunty ke awal, dan saya lihat isinya, ternyata kita memang harus meng-edit secara manual file tersebut, dengan memasukan nilai-nilai yang sudah ada.



Karena saya tidak paham, saya hanya meng-copy string dan nilai yang ada di file konfigurasi Ubuntu Gutsy dan saya paste-kan di baris-baris konfigurasi /etc/X11/xorg.conf Ubuntu Jaunty.



$ sudo gedit /etc/X11/xorg.conf



Gambar di atas adalah contoh baris konfigurasi file /etc/X11/xorg.conf Ubuntu Jaunty Jackapole 9.04 yang bekerja sempurna di PC saya. Bagi anda yang mempunyai spesifikasi berbeda, silahkan di sesuaikan. Bagian paling krusial tentu ada pada section screen, yaitu memasukan resolusi maksimal monitor kita. Manakala kita tak paham detil merek monitor, ganti saja dengan 'Generic Monitor', karena yang terpenting ada pada section 'screen'.



Setelah di perubahan di save, kita harus reboot komputer. Dan jadilah kita memiliki desktop dengan resolusi maksimal.



Satu hal yang mesti diperhatikan adalah, jika ternyata sistem tidak mengenali 'utak-atik' kita, xserver tidak akan bekerja dan kita tidak akan di bawa ke modus GUI dan hanya ada login shell hitam! Jangan panik! :D



Jika itu terjadi, login saja. Masukan nama dan password anda, kemudian jalankan perintah ini :



$ sudo dpkg-reconfigure -phigh xserver-xorg



Konfigurasi akan di kembalikan ke default, dan jalankan kembali xserver, dengan mengetik :



$ startx



Kemudian coba utak-atik lagi, dan semoga saja berhasil, karena saya pun berhasil melakukannya dalam dua kali utak-atik saja ^_^



Begitulah sedikit pengalaman dari saya, selamat ber-Linux! Hidup IGOS ! :D



Menjalankan avant-window-navigator dan cairo-dock Tanpa Compiz Fusion



Aplikasi dock avant-window-navigator dan cairo-dock ternyata bisa berjalan pada semua jenis composting manager. Sementara itu, untuk aplikasi compositing manager, kebanyakan dari kita hanya akrab dengan aplikasi Compipz Fusion yang cukup berat dan hanya bisa dijalankan pada VGA tertentu.



Namun ternyata, ubuntu desktop telah menyediakan sebuah fitur compositing manager simpel yang bisa dijalankan oleh semua jenis VGA card apapun, dan bisa untuk menjalankan aplikasi dock avant-window-navigator dan cairo-dock.



Fitur compositing manager tersebut ada pada window manager metacity, cara mengaktifkannya adalah sebagai berikut :



Jalankan run (tekan tombol Alt dan F2 di keyboard), dan ketikan :



'gconf-editor' (tanpa tanda petik)



Pada jendela gconf-editor (Configuration Utility) sebelah kiri, pilih menu apps>metacity>general, kemudian pada jendela bagian kanan, cari string bernama 'compositing_manager' dan centanglah (aktifkan). Terakhir tutup gconf-editor (Configuration Utility) dan sekarang kita sudah bisa menjalankan avant-window-navigator atau cairo-dock.



Selamat nge-Linux ! ^_^

Customer Service By The Book.

Written By Unknown on Monday, 17 August 2009 | 07:20

I walked into the sneaker store. Within seconds, an assistant asked if he could help me. My response was to point out that I had just arrived and might need his assiatnce shortly.

The timing of when you address your customers is arguably even more important than what you say. Good customer service takes that into account. Regimented customer service manuals do not.

A Bug Found in Kubuntu 9.04 Jaunty

Written By Unknown on Thursday, 13 August 2009 | 23:16



I already install Kubuntu 9.04 Jaunty on my PC, and I founded a (non critical) bug. Kubuntu 9.04 that using KDE 4.2.2 desktop is a wonderful and elegance distro. I really enjoy to explore the desktop and the whole applications inside Kubuntu. I always enjoy explore Kubuntu until I got a little and non critical bug.



When I go to the Dolphin file manager and I want to look at /root disk usage properties, the Dolphin file manager will be error. I try to look the /root disk usage properties by right-click at /root directory, and choose properties.



Its not a big trouble but its feels uncomfort to me because I want to add some other optional applications such as image editors, multimedia, games and the others.



Because of this bug, I use shell disk usage monitor by konsole x terminal :



alwan@alwan-desktop:~$ df -h



I will be so happy if the great KDEs development team would fix this bug in the next KDE 4 releases.



Thank you so much to the (K)ubuntu development team and many others wonderful Linux developer .



Happy Tux-ing !



( I love to make discussion about Linux. Just email me at blackened@telkom.net)



Asyiknya Utak-Atik KDE 4.2.2




Anyway, akhir-akhir ini saya sedang senang utak-atik KDE 4.2.2. Satu hal yang membuat saya sangat senang adalah KDE 4 ternyata jauh lebih hemat RAM di banding KDE 3. Dari saya melihat di ksysguard, KDE 4 hanya 'memakan' sekitar 200 MB RAM, untuk penggunaan normal (Amarok+OpenOffice). Beda sekali dengan KDE 3, yang walau belum menjalankan aplikasi apapun, space RAM yang dipakai sudah mencapai 400 MBan lebih.


Satu yang lebih saya senangi tentu saja adalah interface KDE 4 yang lebih elegan dengan style oxygen. Kemudian, satu yang paling saya sukai adalah applet manajemen removable media yang ada di panel KDE 4. Jika kita menancapkan USB Flash, akan ada notifikasi untuk membukanya dengan Dolphin dan saat akan meng-eject, kita hanya perlu menekan button eject. Tanda bila removable kita sudah ter-eject adalah adanya sebuah tanda centang di notifikasi panel KDE 4.


Sangat menarik sekali, semakin menambah jatuh cinta saya kepada Linux !


Selamat ber-Linux !

Meng Copy File DAT VCD Dalam Linux. Sebuah Tulisan Sederhana



Diantara kita semua, menonton filem dari media VCD masih sering kita dapati. Penyebabnya antara lain, media distribusi filem VCD masih banyak dijumpai di rental persewaan filem.



Seringkali, kebanyakan dari kita, lebih menyukai untuk meng-copy terlebih dahulu file .DAT atau .dat yang ada di keping VCD kita, kemudian menontontonnya dengan media player. Ada yang bilang, menonton filem langsung dari keping VCD/DVD kurang nyaman, karena ada bunyi “kretek-kretek-kretek” dari optical drive DVD/CDROM.



Di platform Windows, meng-copy file .dat dari kepingVCD sangat mudah, tinggal copy-paste dari keping VCD yang ada di direktori /mpegav/avseq01.dat; avseq02.dat dan seterusnya.



Namun apa yang terjadi di Linux? Saat saya mencoba copy-paste file .dat dari keping VCD, yang terjadi adalah error! Ternyata file dat dibaca semagai image yang hanya bisa di baca secara langsung dari pemutar media Mplayer.



Apakah memang tidak bisa? Ya! Di desktop Linux, kita tidak bisa melakukan copy-paste file dat pada keping VCD! Cara satu-satunya adalah dengan melakukan ripping!



Dan salah satu aplikasi ripping VCD yang terpopuler adalah vcdimager. Vcdimager sendiri merupakan kumpulan tool untuk melakukan ripping VCD. Karena merupakan aplikasi popular, vcdimager sudah ada di repo onlie berbagai distribusi mayor, menginstalasinya sangat mudah.



Cara melakukan ripping VCD dengan vcdimager sang mudah, yaitu :

Pertama, masukan keping VCD.

Dan kedua, jalankan perintah ripping melalui terminal :

$ vcdxrip



Proses ripping VCD berdurasi satu jam yang saya lakukan, sangat singkat. Hanya berkisar satu menitan. Hasil ripping akan langsung diletakan di Home, dengan nama avseq01.mpg, avseq02.mpg, dan seterusnya. Ada juga file-file pendukung yang dihasilkan, kita bisa menghapus semuanya, karena tidak di butuhkan. Sangat mudah sekali !



Begitulah ! Selamat ber-Linux !

KDE 4.2.2 Yang Semakin Dewasa dan Menawan, Review Kubuntu 9.04 Jaunty









Distro Kubuntu 9.04 Jaunty Jackapole telah lama di rilis, tapi baru kemarin saya sempat mencobanya dan kemudian menginstalasinya di PC saya. Satu alasan yang menyebabkan saya tidak lekas mencoba Kubuntu adalah karena semenjak Kubuntu 8.10, versi default yang didistribusikan menggunakan KDE4. Sementara pada waktu itu, KDE4 masih terasa begitu banyak kejanggalan di sana-sini.



Dan saat kemarin iseng mencoba versi 9.04, desktop yang digunakan adalah KDE 4.2.2 yang terasa sudah cukup matang dan rapi.



Kesan singkat dengan Kubuntu 9.04 dan KDE 4.2.2 adalah SANGAT ELEGAN. KDE4, yang merupakan transformasi dari KDE3, masih tetap mengedepankan tampilan desktop yang elegan dan indah. Dan menurut saya, KDE 4 jauh sangat lebih elegan dalam hal penampilan.



Baiklah, apa saja yang menarik dari Kubuntu 4.2.2 ?

Booting Cepat. Kubuntu 9.04 memiliki waktu booting yang jauh lebih cepat dibanding Hardy (walau saya tak mengukurnya dengan detil. Tapi sangat cepat).

Hemat Memory. Inilah yang aneh. KDE 4 jauh sekali lebih hemat memory di banding KDE3. Bisa juga sih kemungkinan system monitor KDE3 yang buggy dan menampilkan info resources monitoring yang error, tapi memang nyata, KDE 4 justru lebih ringan dari KDE3.

Amarok 2. Aplikasi musik organizer paling maknyus dalam dunia desktop Linux telah di upgrade ke versi 2.

Dragon Player. Sebagai frontend Xine untuk KDE4, Dragon Player dipasang dan menggantikan Kaffeine. Interface dan fungsionalitasnya lebih simpel dari Kaffeine, tetapi tetap powerful.

K3B. Berhubung K3B 1.6.6 belum final release, K3B yang disertakan masih K3B versi 1x untuk desktop KDE3.

Multimedia Codec Installer. Manakala kita mencoba memutar file multimedia non-free seperti MP3, akan ada notifikasi di system tray untuk instalasi codec multimedia otomatis. Codec yang akan diinstalasi adalah MPEG Codec, Flash Codec dan codec mp3 tag reader. Bagi kita yang konek internet, silahkan saja di ikuti notifikasi tersebut dan segalanya akan berjalan sangat mudah.

Tapi bagi kita yang tidak online, dan hanya memiliki repositori lokal Ubuntu 9.04, sebaiknya jangan install flash-installer (jangan di centang). Flash-installer adalah paket kecil yang berisi skrip untuk mengunduh codec proprietary dari situs Adobe. Jika kita tidak online, apt akan mengalami error.



Bagaimana kalau kita tidak online dan juga tidak punya DVD / lokal repositori Ubuntu 9.04? Gampang! Codec utama yang dibutuhkan Amarok2 dan Dragon Player adalah libxine1-ffmpeg. Download-lah paket tersebut, dan instalasi paksa ke sistem. Bagaimana caranya?



Pertama, download paket tersebut.

Kedua, ekstraksi paket tersebut. Caranya, pada Dolphin, klik kanan dan pilih 'Extarct Archive Here'. Kemudian akan muncul archive baru lagi, yang terdiri dari data.tar.bz2 dan control.tar.gz. Ektraksi lagi dengan cara yang sama file data.tar.bz2, hingga akan muncul folder “usr”.

Lihatlah secara rekrusif ke dalam folder usr hasil esktraksi tersebut, akan ada urutan folder usr>lib>xine>plugins>1.26. Pada bagian terakhir akan ada kumpulan shared object berekstensi *.so. Pindahkan semua isi dalam direktori tersebut ke direktori /usr/lib/xine/plugins/1.26.



Caranya adalah :

Buka Konsole. Tekan Alt+F2, ketik 'konsole' (tanpa tanda petik).

Dari terminal, masuk ke folder usr hasil ekstraksi tadi.



$ cd usr/lib/xine/plugins/1.26



Kopi atau pindahkan semua isinya ke direktori sistem kita.



$ sudo mv ./* /usr/lib/xine/plugins/1.26 -v



Buka Amarok atau Dragon Player, dan sekarang sudah mampu memutar mp3 dan kawan-kawan, termasuk file video MP4 dan FLV.



Trik tersebut sangat praktis dan ampuh, tapi karena tidak di instalasi dengan dpkg / apt, maka sistem menganggap belum terinstalasi codec libxine1-ffmpeg, dan setiap start sistem akan selalu ada notifikasi untuk menginstalasi codec libxine1-ffmpeg, maka abaikan saja !!



Lalu adakah nilai minus dari Kubuntu 9.04 ini? Ada, satu, Kubuntu 9.04 tidak menyertakan aplikasi Image Editing, yang mana pada Kubuntu versi KDE3, disertakan aplikasi Krita yang sangat powerful dan mirip sekali dengan Adobe Photoshop. Bagi kita yang online atau ada repositori / DVD lokal Ubuntu 9.04, hal tersebut tentu bukan masalah, karena kita tinggal menginstalasi GIMP.



Selamat ber-eskplorasi !

Geek Marketing 101 (revisited).

Written By Unknown on Tuesday, 11 August 2009 | 02:33

Three years ago today, I posted a guide to my views on marketing disguised as a discussion of technology marketing. It became my most viewed post (thanks Guy Kawasaki). Three years on, I think it still applies. Three years hence, I fear, marketers will be making the same mistakes.


Geek Marketing 101 is so named because I see amongst many geeks a pervasive misunderstanding and consequent distrust of what marketing is, and a failure to recognise that much technology marketing is no longer geek to geek since complex products are increasingly being bought by non-geeks. Of course, these observations are equally applicable to geek to geek and non-geek businesses.

1) Marketing is not a department.
Marketing is a combination of elements that creates the environment in which it is possible to meet a customer need (starting right back at product development). Promotion and sales are just sub-sets of marketing.

2) Marketing is a conversation, but most people don't speak geek.
Successful technology marketing must translate the creations of the uncommunicative into the needs of the untechnical. Spin is not good marketing. Lucid two-way communication is.

3) Simplicity does not negate complexity.
Reductive marketing that simplifies ideas does not undersell your complex creation. It facilitates an entree to your world. You can't have passionate users until they start using.

4) Think what, not how?
Think of the "product" in terms of what it does, not how it does it. You may be interested in the latter, but your users generally aren't. Portable computer memory is not a difficult concept to enunciate, yet flash drive and USB drive nomenclature is predicated on technological aspects not the actual function. Long words confuse, don't they?

5) Think will, not can.
Think of the "product" in terms of what most people will be happy doing with it and not in the myriad possibilities it offers. You may think speed and multiple settings are hot, but outside the lab such attributes may not provide the greatest satisfaction. Simple, intuitive interfaces will.

6) Only you RTFM.
Regular people don't read the manual. It's too big (see 5), too complicated (see 3) and thus incomprehensible. It's not that people are averse to science and technology - they're averse to being made to feel helpless. The demand for books that simplify science is huge the world over. Your manual is marketing.

7) Technical Support is marketing.
In the absence of all of the above, your users inevitably need help. A technical support department speaking in non-technical, hand-holding language transforms their purchase from waste of money to life-enhancing boon and is the greatest marketing tool you have.

8) You're not marketing to people who hate marketing.
Don't allow your misguided prejudices about advertising and snake-oil to infect your approach and damage sales. People hate hype, spin and unfulfilled expectations. They do not hate having their needs met (see 1).

9) You're not marketing to people who hate technology products.
They're not Luddites, but nor are they geeks - that's what you're paid to be. However, they often hate how technology products make them feel because blinding with science is as bad as baffling with bullshit.

10) Marketing demystifies.
As the conversations develop, the users comprehend your products better and you better understand their needs. With increased confidence, they utilise more and more of your geekiness and, with increased awareness, you are better able to adapt to their behaviours. They feel more warmly about geeks and you may get the chance to buy them a drink. That doesn't sound so bad, does it?

Sign Of The Times.

Written By Unknown on Monday, 10 August 2009 | 01:58


All too often, "marketing" adds unnecessary detail and blurs the message. Why say soon when you give me the actual date? I know what soon means. And now I'm thinking about the composition of your message and not thinking about your message at all.

The Best Definition Of A Blog.

Written By Unknown on Wednesday, 5 August 2009 | 23:56


Your website is an image.
Your blog is a reflection.

Courtesy of Thomas Mahon of English Cut. Not a bad definition of effective maketing when you come to think about it, is it?

Mengubah Desktop Linux GNOME Menjadi Mirip Desktop Mac OS X











Mengubah tampilan desktop GNOME menjadi tampilan desktop Mac OS X pada komputer minim / tua. Sebuah topik yang cukup lengkap, mencakup dua isu yang cukup sering di bahas dalam dunia desktop Linux. Pertama, isu yang begitu sering di bahas oleh para user yang menyukai tampilan Mac OS X dan keindahan desktop, bagaimana merubah tampilan desktop GNOME Linux menjadi mirip dengan tampilan desktop sistem operasi Mac OS X. Kedua, isu komputer ber-resource minim / komputer tua yang hingga saat ini masih cukup banyak di gunakan oleh user komputer di Indonesia. Spesifikasi komputer tua yang saya maksud adalah komputer kelas PIII 1 GHz – PIV, dengan RAM 256-512 MB, dengan VGA onboard seadanya.



Mengubah tampilan desktop GNOME Linux menjadi mirip desktop Mac OS X bukan perkara sulit. Ada seorang user Linux yang mengembangkan paket tema Mac OS X lengkap untuk desktop GNOME. Nama paket itu adalah Mac4Lin. Mac4Lin sendiri merupakan kumpulan lengkap tema gtk+metacity dan juga tema icon GNOME. Setelah kita mendownload Mac4Lin, kita ekstraksi, dan instalasi satu per satu tema yang kita butuhkan, mulai dari gtk, dan icon. Jangan gunakan fasilitas skrip instalasi, karena kita tidak membutuhkan semua paket tema yang ada dalam Mac4Lin.



Hanya saja, paket tema dock yang digunakan adalah avant-window-navigator (AWN). Di sinilah letak permasalahannya. Avant-window-navigator hanya dapat berjalan pada modus compositing desktop (Compiz Fusion). Sementara itu, modus 3D (Compositing Desktop) hanya dapat berjalan pada VGA yang support openGL, dan untuk itu minimal adalah VGA Intel 85x. Permasalahan selanjutnya, walaupun VGA kita support openGL, tetapi apabila memory kita terbatas, maka menjalankan 3D Desktop Compiz Fusion akan terasa memberatkan sistem.



Adakah solusi yang lebih mudah? Ada! Gunakan saja panel Gnome sebagai dock. Caranya sangat mudah. Pertama, buang saja panel bagian bawah. Kemudian buat satu panel baru, dengan klik kanan>New Panel pada panel bagian atas. Pada panel kosong yang tercipta, klik kanan>Properties dan buat ukurannya menjadi cukup besar untuk ukuran Dock. Ukuran tersebut sangat tergantung pada ukuran resolusi desktop yang kita gunakan. Sebagai contoh, saya mengatur ukuran gnome panel menjadi 50 pixel. Setelah memperbesar ukuran panel, kita tinggal memasukan shortcut / icon aplikasi ke gnome panel tersebut. Caranya sangat mudah, yaitu klik kanan>Add to panel>Application Launcher>Next>Pilih Kategori>Pilih Nama Aplikasi. Cara tersebut sama untuk menambah shortcut icon aplikasi yang lain hingga cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan kita. Setelah kita menambah beberapa shortcut aplilkasi, langkah selanjutnya adalah membuat panel menjadi transparan. Caranya adalah (pada panel) klik kanan>Properties>Background>Solid Color. Geser jumlah transaparansi Solid Color ke Transparent (Full transparent). Langkah terakhir adalah merapikan susunan launcher aplikasi. Caranya adalah klik kanan pada icon aplikasi dan pilih 'Move'. Geserlah satu persatu hingga letak kanan-kiri nya seimbang (center). Setelah seimbang, kunci posisi icon launcher tersebut agar tidak bergeser dengan cara klik kanan pada icon>Lock To Panel. Langkah finalizing yang tak boleh terlupa adalah menambah applet Window List pada panel bagian atas. Applet Window List berguna untuk menampilkan aplikasi yang sedang berjalan. Caranya adalah klik kanan>Add to panel>Window List.



Satu detil yang tak boleh terlupakan adalah peletakan button close,minimize dimana pada desktop Mac OS X letak button tersebut berada di sebelah kiri. Untuk mengubah button tersebut di sebelah kiri, caranya dengan melalui gconf-editor. Tekan Alt+F2 (run), ketikan " gconf-editor " (tanpa petik).



Susunan gconf-editor mirip dengan registry editor di windows. Dan letak pengaturan tombol close-minimize ada di apps>metacity>general. Pada bagian value, cari string bernama 'button_layout', kemudian edit value-nya dan ganti menjadi urutan:

close,minimize,maximize:menu

setelah keluar dari gconf-editor, kini kita dapati button close-minimize desktop GNOME kita sudah berada di sebelah kiri seperti pada desktop Mac OS X.



Sekarang kita memiliki tampilan desktop Mac OS X di komputer kita, tanpa memberatkan sistem ! ^^

Download Mac4Lin

Selamat ber-Linux !

Inertia Marketing.

Written By Unknown on Monday, 3 August 2009 | 02:42

How do you buy things? Do you try new options in the myriad categories you consume or do you just buy what you usually buy? I'd contend that even the most ardent early adopter is pretty lazy and disinteretsed in the majority of their purchases.

That's why it's cheaper to retain a customer than to acquire a new one. That's why a lot of advertising serves as post-purchase reassurance (and will not be going away anytime soon). And that's why you have to do something remarkable to get people to change their habits.

Inertia is your true competition.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Turorial Grapich Design and Blog Design - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger