Partai politik berkembang bersamaan dengan berkembangnya proses demokrasi yang merupakan sarana dalam pemilihan umum. Partaipolitik muncul sebagai kendaraan politik dalam pemilihan umum untuk mendapatkan dukungan bagi seorang kandidat dari warga negara. Partai politik juga telah diadopsi oleh rezim-rezim politik pada ideologi tertentu dan hanya menawarkan beberapa calon untuk dipilih atau hanya ada satu partai yang menduduki hampir semua pilihan yang ada di badan legislatif.
Hingga saat ini institusi partai politik dinilai masih merupakan alat politik yang paling ampuh untuk mencapai tujuan politik. Sehubungan dengan keberadaan partai politik, Miriam Budiardjo mengungkapkan bahwa dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat rnerupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah hadir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain[1] sejalan dengan itu Mochtar Mas'oed dan Collin McAndrews menyatakan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan partai politik terdapat 2 hal yang mempengaruhinya, yaitu kegiatan yang dilaksanakan oleh partai politik bergantung pada kelompok-kelompok yang terdapat di dalamnya dan tujuan-tujuan, yang dikejarnya[2].
Antusiasme masyarakat memang nampak jelas dalam pelaksanaan pemilu 2009 yang lalu, terlebih pada masa kampanye dan pemungutan suara. Gelombang kerusuhan berbau SARA (suku, ras, agama dan antar golongan) yang melanda beberapa daerah, termasuk yang terjadi menjelang masa kampanye, tidak menyurutkan semangat sebagian besar masyarakat untuk memeriahkan "pesta demokrasi" di era reformasi.
Salah satu yang terpenting adalah terletak pada sistem kepartaian dimana Indonesia yang menganut sistem multi partai pada pemilu yang telah berlangsung, sebanyak 44partai politik yang menjadi kontestan pada pemilu 2009 di Indonesia merupakan institusi yang menjadikan sistem kepartaian yang digunkan di Indonesia berbentuk sistem multi partai, dimana banyak partai politik sebagai wujud kemajemukan masyarakat sehingga menuntut digunakannya sistem multi partai agar kepentingan masyarakat dapat terwadahi.
Kondisi tersebut menumbuhkan persaingan antar partai politik yang kompetitif disebabkan banyaknya partai yang bertarung memperebutkan kekuasaan. Pemilu merupakan ajang pembuktian kekuatan politik partai, dimana partai politik berjuang untuk memperebutkan suara untuk memperoleh eksistensi dalam sistem politik. Ketika partai politik tidak mampu mengakomodasi aspirasi dan kepentingan masyarakat, dengan sendirinya partai politik tersebut akan tersisih dari sistem politik.
Pembahasan mengenai eksistensi sebuah partai politik di Indonesia bukanlah suatu hal yang baru. Pada dasarnya proses yang dilakukan oleh partai politik untuk memperoleh eksistensi adalah upaya untuk merebut suara yang bersaing pada pemilu. Partai demokrat merupakan salah satu partai di Indonesia yang berupaya memperoleh eksistensi. Namun eksistensi Partai Demokrat dihadapkan pada situasi yang kompetitif dimana banyaknya partai yang menjadi peserta dalam pemilu selain itu, di Sulawesi Selatan khususnya di kota Makassar partai golkar telah terlebih dahulu merebut simpati rakyat, ini merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi partai demokrat untuk memperoleh suara dan menyatakan eksistensinya.
Pemilu bertujuan untuk menyeleksi calon-calon pemimpin yang akan menduduki jabatan politik sebagai bentuk eksistensi sebuah partai politik. Tiap partai politik mempunyai strategiyang berbeda-bedadalam merebut simpati rakyat. Namun pada umumnya cara yang ditempuh oleh partai politik adalah melalui aturan partai berdasarkan platfrom partai. Partai Demokrat mengusahakan menarik orang-orang yang berpengaruh terutama yang telah memiliki latar belakang yang kuat, untuk dididik menjadi kader yang di masa sekarang dan akan datang untuk melanjutkan kelangsungan hidup partai.
Bentuk eksistensi Partai Demokrat dipengaruhi oleh sistem kepartaian dan sistem Pemilu yang berkembangkan. Namun apapun sistemnya dari partai politik tidak akan lepas dari sistem-sistem lainya, Sehingga terkadang dipengaruhi oleh kader yang memiliki kualitas baik, kualitas intelektual, moral maupun akses ke bawah atau kader yang merakyat.
Hal ini dapat kita lihat pada fenomena Pemilu 2009 lalu, banyaknya kontestan partai politik bertarung untuk memperebutkan suara masyarakat dan berujung pada penentuan jumlah anggota di parlemen. Banyaknya partai politik adalah cerminan dari struktur masyarakat majemuk, sehingga dapat mewakili kepentingan masyarakat, dari fenomena tersebut penulis tertarik membahas eksistensi partai demokrat dalam memperoleh suara pada pemilu 2009 dalam di kota Makassar.
Dalam proses pemilihan umum 2009 ternyata ada beberapa hal yang cukup dapat menjadi bahan penelitian bagi penulis khususnya dalam eksistensi partai politik yang diperhadapkan pada situasi yang sangat kompetitif oleh karena partarungan partai politik yang begitu banyak sedangkan pada satu sisi jumlah sumber daya atau pemilih yang diperebutkan itu minim dan adanya partai yang telah terlebih dahulu memperoleh eksistensinya. Penulis mencoba melihat upaya apa yang dilakukan Partai Demokrat untuk memperoleh suara sebagai bentuk eksistensi sebuah partai pada pemilu 2009. Partai Demokrat merupakan partai yang masih tergolong muda dalam kancah perpolitikan di Indonesia, partai ini baru mengikuti dua pemilu terakhir yaitu pada tahun 2004 dan 2009. Namun partai yang didirikan oleh Susilo Bambang Yudoyono berhasil mencuri perhatian rakyat dan memenangkan pemilu nasional.
Demikian halnya terjadi di Sulawesi Selatan yang merupakan basis tradisional dari partai golkar. Pada pemilu 1999 partai golkar memperoleh 66,5 persen suara, lima tahun kemudian berkurang sepertiganya menjadi 44,3 persen suara pada pemilu 2004 dan pada pemilu 2009 perolehan suara golkar berkurang hampir separuhnya menjadi 25,1 persen. Sebaliknya perolehan suara Partai Demokrat di Sulawesi Selatan secara keseluruhan meningkat lima kali lipat dari 3 persen pada Pemilu 2004 menjadi 15,7 persen pada pemilu 2009. Di kota Makassar yang merupakan ibukota provinsi Sulawesi Selatan partai demokrat memperlihatkan eksistensinya dengan memperoleh 18 persen suara dibawah partai golkar dengan 22 persen suara.
Proses pertarungan partai politik yang ada merupakan perjuangan besar dan panjang bagi partai Demokrat mengingat pada wilayah Sulawesi Selatan dan khususnya kota Makassar merupakan basis terbesar bagi partai Golkar. Partai Demokrat di Sulawesi Selatan khususnya di kota Makassar merupakan partai yang banyak menampung tokoh-tokoh yang memiliki kapabilitas dan kapasitas tinggi terutama tokoh-tokoh muda dan mantan aktivis. Pemuda sebagai aktor baru yang masuk dalam kancah politik dengan idelisme mereka, dianggap tidak terlalu banyak terkontaminasi oleh historisitas pola politik lama yang cenderung status quo, semangat pembaharuan sangat Nampak pada partai ini.
Berdasarkan uraian di atas, khususnya menyangkut eksistensi partai politik, yang merupakan salah satu bentuk proses politik, maka penulis mencoba membahas lebih detail lagi mengenai hal tersebut, khususnya di kota Makassar.
Untuk keperluan itu penulis mengambil judul : EKSISTENSI PARTAI DEMOKRAT PADA PEMILU LEGISLATIF DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2009
Post a Comment