Latest Post

Dilematis !

Written By Unknown on Saturday, 30 May 2009 | 22:26



Produsen software terbesar dunia, Microsoft, telah resmi merilis sistem operasi baru Microsoft Windows Vista pada tahun 2007 yang silam. Sejatinya, sistem operasi baru memberikan banyak kemudahan dan keunggulan baru dari produk generasi sebelumnya.



Pada perkembangan selanjutnya, banyak user yang justru tidak nyaman dengan OS baru tersebut. Ada banyak keluhan. Ketidak-kompatibel-an hardware, software dan (cukup) berat di jalankan. Akhirnya banyak user yang lebih memilih tetap menggunakan XP dan atau kembali menggunakan XP.



Karena banyak user yang tetap / kembali menginginkan XP, banyak produsen/distributor/reseler hardware/software yang jadi kurang suka memperdagangkan Windows Vista. Skenario terburuk pun terjadi. Opini publik ter-generalisir dan bermuara pada satu pandangan yang hampir seragam, 'Windows Vista adalah produk gagal Microsoft !'



Yang menjadi persoalan adalah, begitu banyak user yang tidak tahu dan tidak peduli, bahwa XP sedang dan sudah tidak di dukung secara teknis oleh Microsoft. Banyak user yang mengidamkan hardware terbaru yang modis dan keren, tetapi tidak sadar dan tidak mau tahu, bahwa sebenarnya windows XP yang mereka idamkan sudah tidak kompatibel dengan hardware-hardware baru tersebut!



Kasus yang paling banyak terjadi adalah, produsen notebook saat ini yang tidak menyertakan CD / DVD driver hardware untuk windows XP dalam bundel / paket penjualannya. Walhasil, user yang ingin menginstalasi XP jadi kebingungan! Akhirnya user harus mendownload satu-satu di internet, searching dan menginstalasi satu-per-satu, yang pun, tak mudah! Error, error dan error!



Sebenarnya, ada alternatif yang lebih mudah dan lebih melegakan! Gunakan Linux! Linux versi baru, sudah mendukung begitu banyak hardware! Cukup dengan satu CD instalasi, semua hardware terbaru dan mutakhir saat ini bekerja dengan baik! Dan yang terpenting dari itu semua, Linux itu gratis!



Tapi karena alasan 'user friendly' sitas yang selalu di dengung-dengungkan banyak pihak, Linux tetap tidak juga lebih populer dari produk gagal Vista. Cukup menyedihkan memang. Salah satu penyebab yang paling mungkin adalah, banyak atau hampir semua distributor/reseler hardware yang belum atau tidak mau memahami dan mempelajari Linux. Mereka malas kalau ada keluhan dari user manakala mereka memilih menawarkan Linux sebagai salah satu OS default produk mereka. Tentu saja karena mereka sendiri belum atau tidak mau paham seluk beluk Linux.



Nyinyir, itu yang terasa bagi para penggerak Linux. Nampaknya, kalau mau mengurut-urutkan pihak yang mesti di-ikut-sertakan untuk bertanggung-jawab atas sulitnya Linux jadi lebih populer adalah PEMERINTAH. Pemerintah belum kompak untuk migrate ke Linux! Departemen ini Linux, departemen itu Windows, format ini harus Word, format itu hanya bisa pakai IE. Semua terasa memuakan bagi para penggerak Linux, yang sudah dan selalu mencurahkan waktu dan pikirannya untuk memperjuangkan FOSS.



Saya jadi berpikir, andai ada satu kandidat wapres yang berani memberikan janji memperjuangkan FOSS, tanpa satu detik-pun berpikir dua kali, saya akan pilih itu capres! Sumpah! Demi Tuhan! Pertanyaannya adalah, adakah salah satu kandidat presiden kita yang peduli?



Kreativitas Itu Tak Pantas Mati

Written By Unknown on Friday, 29 May 2009 | 19:17





Linux adalah sistem operasi yang membawa konsep lisensi GPL. Lisensi GPL ini terimplemntasi juga dalam format untuk kebutuhan lain. Untuk format dokumen tertulis, Linux membawa format ODF dengan ekstensi .odt, yang merupakan format dokumen default untuk aplikasi office suite paling populer OpenOffice.org.



Untuk kebutuhan lain pun sama. Jika format distribusi audio yang paling populer adalah mp3, maka Linux mempunyai format tersendiri sebagai implementasi dari GPL, yaitu ogg vorbis. Format video yang di bawa linux pun sama, yaitu ogv dan ogg.



Permasalahannya tentu saja, sangat sedikit distributor atau developer konten hiburan yang memaketkan produk hiburannya dalam format ogg vorbis (audio dan video). Padahal, kebanyakan distribusi besar Linux, tidak memaketkan pemutar multimedia untuk format populer semacam mp3. Lalu gimana?



Its simple! Kita hanya perlu sebuah converter! Dan ada banyak converter audio-video ke format ogg. Untuk converter video-to-ogg, ada aplikasi bernama 'oggconvert', sedangkan untuk aplikasi 'audio/video-to-audioogg', ada aplikasi soundconverter. Interface kedua aplikasi tersebut sangat simpel sekali. Kita hanya perlu memasukan direktori atau file audio/video kita dan memilih direktori tujuan. Tekan 'convert' dan semua berjalan mudah!



Format yang di dukung oggconvert dan soundconverter, sangat banyak. (Mungkin) hampir semua format populer saat ini, bisa di konversi ke ogg vorbis. Untuk soundconverter sendiri, tidak hanya mampu mengkonversi file audio semacam mp3, tetapi bisa juga mengkonversi berbagai file video semacam Flash flv.



Secara keseluruhan, sangat memuaskan dan mengasyikan!



Selamat ber-Linux!

Smarter Recession Marketing.

Written By Unknown on Wednesday, 27 May 2009 | 23:28


The reaction of many businesses to difficult economic conditions is to cut back marketing spending in line with general internal cost-cutting and to focus on providing value for money by cutting prices.

The former may reap some long-term benefits in helping to identify those marketing efforts that are most cost-effective, but it also suggests that marketing is viewed as an expense rather than an investment. Moreover, it also implies that you're in the same boat as everyone else and that you product/service is as vulnerable to a downturn as your competitors.

Wouldn't it be smarter to emphasise your difference from the competition and thereby your confidence in the value of what you're selling? Wouldn't it be smarter to emphasise the value for money you provide by focusing on quality, durability and relevance? Wouldn't it be smarter to think of totally different approaches and might there even be some mileage in showing their purchases to be a quasi-social investment in the well-being of the economy?

Cost-cutting is fine and entirely necessary where it is a case of trimming wasted effort and expense, but that applies at all times. As does the marketing imperative to be different, to be note-worthy, to be remarkable. It's amazing how many businesses forget that when times get hard.

Customer Satisfaction Cannot Be Bought.

Written By Unknown on Monday, 25 May 2009 | 02:23


An awful lot of marketing is predicated upon the incentivisation of customers. Offer them financial discounts and/or perceived psychological benefits and they will buy your product/service.

In contrast, the Yale-based weight-loss site stickk.com is predicated on research that suggests that avoiding a negative outcome is much more of a behaviour enforcer. Facing a self-imposed financial loss if you fail to meet your target is apparently much more of a spur to continued action than being offered a positive reward.

The concept of opportunity cost which states that the true cost of something is having to forgo the next best option) seems to me to back this up and has been at the heart of my belief that not reducing customer irritation while avoiding blandness. A reward is nice, but inevitably short-lived. Having disappointment removed is less obvious but ultimately more noticeable.

Menikmati Kenyamanan Tanpa Boros Energi

Written By Unknown on Friday, 22 May 2009 | 09:15



Kadangkala (kalau saya cukup sering), kita menyalakan komputer hanya sekedar untuk mendengarkan musik, dan seringkali berakhir dengan terlelap dengan komputer tetap menyala. Kenapa tidak pakai DVD player saja? Komputer lebih fleksibel. Memilih lagu ini-itu dan lain sebagainya. Tak perlu mengganti keping CD ini-itu. Pokoknya lebih fleksibel.



Dan dengan kecenderungan bersantai menikmati musik berakhir dengan terlelap yang nyaman, alangkah indahnya kalau kita bisa melakukan proses hitung mundur otomatis untuk mematikan komputer (shuting down). Utility proses hitung mundur shut down ada di Windows dan juga Linux, secara default. Di windows kita bisa melakukannya dengan command line (cmd), dan di Linux pun sama.



Masalahnya adalah, saat saya mencoba menjalankan utility shut down di Linux dengan shell, saya jadi bingung. Parameternya lain dengan di Windows (ya iyalah!!). Iseng di iseng, saya mencari paket yang ada hubungannya dengan shut down di Synaptic, dan ketemu!



Paket itu bernama gShutdown. Sebuah aplikasi front-end grafikal untuk utility shutdown di Linux. Interface-nya sangat-sangat simpel dan teramat sangat mudah untuk di gunakan. Pilihan otomatisasi proses shutdown ada 3, 'Berdasarkan waktu dan tanggal'; 'Hitung mundur setelah jeda waktu'; dan 'Saat ini juga'.



Untuk proses hitung mundur dengan jeda 2 sampai 3 jam dari sekarang, kita tinggal memilih opsi 'After a delay', dan masukan waktu mundur yang kita inginkan, sebagai misal 2 jam 30 menit. Selanjutnya, kita tinggal menekan 'Start', dan proses shutdown otomatis berjalan. Aplikasi ini akan aktif di system tray, jika kita ingin menghentikan proses otomatisasi shutdown, kita tinggal me-restore jendela gShutdown dan menekan tombil 'Stop'.



Sangat simpel, sederhana, tapi sangat berguna sekali untuk kita semua yang penikmat musik (dan komputer).



Selamat ber-Linux !



Berkarya Untuk Nilai Yang Lebih Tinggi : Menulis Arab di Linux

Written By Unknown on Thursday, 21 May 2009 | 09:19











Alhamdulillah, kemarin salah satu rekan saya yang dari pesantren minta di instalasikan Linux di Netbook miliknya. Alasan klasik, capek dengan Windows yang selalu lambat dan crash karena virus. Semua sih oke-oke saja, kecuali satu hal, bagaimana cara menggunakan keyboard arab di desktop Linux?



Waduh! Saya pun belum pernah pakai. Maklum lah, saya sendiri bisa di bilang tidak punya kemampuan menulis arab secara aktif. Hanya bisa membaca saja.



Cari di cari, ternyata sangat mudah. Untuk meng-enable Arabic Keyboard, kita tinggal masuk ke menu Gnome di 'System>Preferences>Keyboard'. Dari jendela seting keyboard, secara default seting keyboard adalah US English. Untuk menambahnya kita tinggal memilih button 'Add'. Setelah itu akan muncul kotak dialog 'Choose a Layout', dan pada bagian Layouts, cari pilihan 'Arabic' dan selanjutnya tekan 'Add'.



Terakhir, sekarang ada dua pilihan layout keyboard, US English dan Arabic. Untuk mengggunakan Arabic, kita tinggal memilih Arabic. Selanjutnya tentu kita masuk ke OpenOffice.org, dan sekarang kita bisa menulis Arab dengan nyaman di dekstop Linux! Untuk menggunakan kembali layout menulis latin, kita tinggal kembali ke menu 'System>Preferences>Keyboard' dan pilih layout ke US English.



Sangat mudah dan menyenangkan!



Selamat berkarya dengan Linux!



Customer Data Should Help The Customer Too.


Conference badges are simple things. You fill in a form for an event and some days, weeks or months later you're wearing a badge with some of that data on it.

But is it the data you want to appear on you badge? Have you ever been prompted regarding which lines of data (company or occupation for example) will actually appear on the badge or in the yearbook or in some other piece of potential self-promotion.

If you're collecting data, you're no doubt keen on building a database of attendees in a format that makes your life easy and will allow you to market to them in the future. Wouldn't it be better marketing if you spent a little time showing that you were also aware of the self-promotion opportunities that they wanted to exploit?

Letting them know/influence how their badge will look is just one very simple way of potentially delighting them. But because it falls under the label of conference administration and not conference marketing, nobody does it. The business world is filled with missed marketing opportunities and most of them will cost you nothing.

Bermain Virtualisasi Yang Menyenangkan

Written By Unknown on Wednesday, 20 May 2009 | 01:51






Virtualisasi adalah salah satu solusi terbaik untuk 'system testing'. Pasaran utama dari tehnologi virtualisasi mungkin bukan untuk end-user, tetapi lebih ke korporasi yang membutuhkan sebuah tool untuk 'system-testing'. Mencoba sistem baru sebelum di implemented ke IT perusahaan.
 

Walaupun begitu, tehnologi virtualisasi bisa juga menjadi pilihan yang baik bagi end-user untuk menjalankan, atau sekedar melakukan testing terhadap berbagai macam sistem operasi dalam satu sistem operasi. Alih-alih dual/triple/multi boot dalam satu komputer, menjalankan virtualisasi akan terasa lebih menghemat resources dan juga lebih efektif untuk kendali sistem. 


Anggap saja ada satu kasus, dimana seorang Linux user masih 'membutuhkan' sistem operasi Microsoft Windows untuk update informasi 'tehnologi terkini' dari platform Ms. Windows. Menjalankan dual-boot mungkin lebih efektif dalam hal fungsionalitas OS Windows, tetapi akan terasa membuang resource komputer kalau OS utama yang di gunakan adalah Linux. Selain itu, solusi dual-boot masih berpotensi besar untuk mengalami 'lose control' dalam hal keamanan sistem dari virus dan malware lain. 

Situasinya menjadi cukup berbeda kalau kita memilih menggunakan virtualisasi. Memang akan sama saja kalau kita sembarangan mengakses device eskternal di OS Windows kita walaupun kita berada dalam ruang kendali mesin virtual. Tetapi jika kita lebih hati-hati, akan lebih mudah melakukan kontrol keamanan dari sistem Linux kita. 


Software virtualisasi yang di kenal saat ini, cukup beragam. Dari yang senior seperti Qemu, Xen, Vmware, Virtualbox hingga Parallels Desktop. Satu percobaan yang membuat saya merasa cukup puas adalah saat mencoba VrtualBox PUEL. 


Seperti mesin virtual yang lain, cara kerja VirtualBox pun sama. Membuat disk image, kemudian menggunakan disk image itu untuk menjalankan sistem. Secara umum, step by step konfigurasi VirtualBox sangat simpel dan mudah. Kalau boleh saya katakan, jauh lebih mudah daripada QemuLauncher (Qemu GUI). 


Setelah kita men-download dan menginstalasi VirtualBox, kita akan di suguhi pilihan membuat 'New Virtual Machine'. Opsi pertama dalam pembuatan 'Virtual Machine' adalah jenis OS, dan selanjutnya alokasi memory yang digunakan. Sebagai default, alokasi memory yang digunakan adalah 192 MB. Sudah cukup untuk 'sekedar' menjalankan OS Ms. Windows dengan aplikasi-aplikasi standar.

Tahap berikutnya, kita akan disuguhi pilihan, apakah akan menggunakan partisi hardisk lokal yang ada, atau membuat disk image. Saya lebih memilih membuat disk image, karena lebih aman. Tahap selanjutnya adalah, dan yang cukup menarik, kita di beri pilihan apakah akan membuat disk image itu bersifat 'dinamis' atau 'fixed static'. Dinamis berarti, ukuran image disk bisa membesar mengikuti kerja virtual machine kita, semisal kita tambahi dengan banyak aplikasi di dalamnya. Pilihan 'fix static' berarti disk image tidak akan membesar, melebihi kapasitas yang kita tentukan. Dalam hal ini, saya lebih memilih 'fixed static' dan selanjutnya saya mengalokasikan disk image sebesar 5 GB.


Tahap yang cukup lama dari proses pembuatan mesin virtual dalam VirtualBox adalah pada pembuatan disk image. Setalah disk image selesai di buat, proses pembuatan mesin virtual selesai. Kita tinggal menjalankan OS kita, dalam kasus saya adalah Ms. Windows XP. Setting fungsionalitas lain sangat mudah dilakukan dari pilihan 'Settings' pada jendela VirtualBox. Setting boot sendiri, secara default di buat seperti setting boot BIOS komputer pada umumnya : Floopy-CDROM-hardisk. 


Setting yang paling penting adalah 'shared direktory'. Direktori mana dalam sistem Linux kita yang akan di shared di mesin virtual Windows kita. Bagi saya sendiri, yang paling penting untuk di shared, tentu direktori /media. Satu fungsi penting men-shared /media adalah karena saya belum bisa mengaktifkan USB agar bisa di gunakan dalam mesin virtual. Cara yang paling praktis adalah mengakses USB dari direktori shared /media tersebut ^_^


Secara keseluruhan, VirtualBox cukup memuaskan dan interaktif, serta yang terpenting, sangat mudah dioperasikan.

Catatan teknis !
Sistem yang saya pakai :
PC Intel Pentium IV 2,4 GHz
Memory 512 MB
Ubuntu Linux 8.04 Hardy Heron

Link terkait > | Download VirtualBox |



Look Behind The Customer Numbers

Written By Unknown on Tuesday, 19 May 2009 | 12:30


Last year when I attended Innocent's first AGM, there was a lot of heated discussion about their test-marketing smoothies within McDonald's outlets. This was an act that certain evangelistic customers seemed to feel was a betrayal of their ethical principles.

Thus, at Innocent's second AGM this weekend, there was an expectation of a lot of dissent regarding the recent sale of a slice of the business to Coca Cola. That it didn't really materialise was a reminder that noise does not equate to strength of feeling. Later, in discussion with one of the founders, it emerged that they had received 260 complaints. For a compamy with sales of 100 million smoothies a year, that's a very small number.

I've always said that to create a great product/service, it's imperative to focus on eliminating annoyances for your customers, but you also have to keep the numbers in perspective. It's what lies behind them that counts - as evidenced by another number that I discovered. Specifically that, on their ninth birthday, 38 customers chose of their own volition to send birthday cakes to the company.

260 complaints versus 38 birthday cakes. I know which number I find more compelling.

Eyecandy Ubuntu Desktop





How to make your Ubuntu dekstop eyecandy?

Thats very completely simple.

1st, download and install 'BlueMan' gtk theme | here |

2nd, download and install 'Hydroxygen' icon theme | here |

3rd, install 'dock' application (e.g. avant-window-navigator or cairo-dock)

4th, find out any 'eyecandy' wallpapers.

And now, enjoy your 'eyecandy' ubuntu desktop ^_^





Tetap Bersosialisasi Dengan Dunia dan Rekan-Rekan Tersayang..

Written By Unknown on Monday, 18 May 2009 | 00:42









Facebook kini telah benar-benar 'menjajah' dunia 'pertemanan online'. Selain secara de facto telah meninggalkan situs-situs sosial sejenis seperti Friendster, Facebook kini juga mulai menjamah pasar percakapan online atau chatting. Fitur chatting inilah yang menjadi salah satu sebab kenapa Facebook terasa lebih enak di gunakan untuk bersosialisasi di banding Friendster. Dan bukan tidak mungkin, nanti Facebook chatting bisa lebih popular dari Yahoo! Messenger.



Jika Yahoo! chatting sudah memiliki aplikasinya sendiri yaitu Yahoo! Messenger, bagaimana dengan aplikasi messenger untuk Facebook chatting? Tentu sudah banyak, salah satunya adalah e-buddy, yang telah mendukung koneksi ke protokol chatting Facebook dengan baik.



Dan bagaimana dengan Linux? Don`t worry! Di Linux kita punya satu aplikasi messenger multi-protokol yang sudah sangat populer yaitu Pidgin! Namun, sampai posting ini di tulis, Pidgin belum menyertakan secara default koneksi ke protokol chatting Facebook. Loh? Jangan khawatir, kita hanya perlu menambahkan satu plugin untuk berkoneksi ke chatting Facebook, yang bisa kita download dengan mudah di internet. Kita tinggal menginstalasinya dan aplikasi Pidgin kita sudah siap berkomunikasi dengan protokol Facebook chatting. File instalasi plugin Facebook itu sendiri tersedia dalam beberapa format binari populer, mulai dari Windows sampai ke binari Linux Debian.



Setelah mendownload plugin tersebut, kita tinggal menginstalasinya, baik dengan command-line :



$ sudo dpkg -i pidgin-facebookchat-1.38.deb, atau dengan klik kanan, dan 'Open with>Gdebi Package Installer.



Jalankan ulang Pidgin, dan kita tinggal menambah akun profil Pidgin kita ke protokol Facebook. Sangat mudah dan kini kita bisa ber-chatt ke Facebok dengan Pidgin!



Catatan teknis :



Sistem yang saya gunakan adalah Ubuntu 8.10 Intrepid Ibex, dan satu 'hal teknis' yang terjadi saat saya menggunakan koneksi chatting Facebook di Pidgin adalah, fitur chatting Facebook yang ada di browser Mozilla mendadak menghilang, dan secara tidak langsung kita ter-logout dari Facebook! ^_^



Plugin Facebook-Pidgin kini telah tersedia di repositori Ubuntu 9.04, kita tinggal mengupdate apt dan sistem Ubuntu Linux kita ke 9.04, dan kita bisa menginstalasinya dengan sangat mudah.



Selamat ber-Facebook! Selamat ber-Linux!



Link terkait > | Download Pidgin-Facebook |



Customer Facing Marketing (Update).

Written By Unknown on Saturday, 16 May 2009 | 17:00

Two alternative approaches to dealing with the persistant complaining customer (i.e. me as detailed here.

One company accepted that I was right and they were wrong (or more specifically "somebody at the service centre doesn't understand how to do percentages") and a refund is coming my way. I conceivably may buy from them again.

The other accepted that I was right, tells me that I should have been kept better informed and then offers me a 10% discount on future purchases within the next six months. I have no incentive to buy from them again.

Right the wrong quickly and you may still have a customer. Act as if you expect repeat business from a dissatisfied customer and you won't.

Mencari Keberuntungan : Instalasi SPSS 15 Dengan Wine

Written By Unknown on Friday, 15 May 2009 | 04:53






Setelah berhasil menginstalasi SPSS 11.5 dengan menggunakan CrossOver 7.10, saya mencoba menginstalasi SPSS 15 dengan Wine. Sistem yang saya gunakan adalah :


# Ubuntu 7.10 Kernel 2.6.22-generic
# Wine-0.9.59


Secara keseluruhan, proses instalasi lancar dan cepat. Pun ketika 'installation finished', SPSS bisa langsung saya jalankan dari 'Wine>Programs>SPSS'. Loading cukup capat, bisa masuk ke window kerja SPSS, namun hanya beberapa saat, setelah itu macet. Kenapa ya?


Karena penasaran, akhirnya saya coba jalankan manual dari Terminal untuk mengetahui error apa saja yang sebenarnya terjadi. 


$ wine ./wine/drive_c/Program\ Files/SPSS/spsswin.exe


Ternyata ada ratusan DLL library yang tidak ada. Saya bingung. Saya coba jalankan 'winecfg', dan library-library yang di butuhkan pun tidak ada secara built-in di Wine. Akhirnya saya mencoba “cara yang sangat jahat”, yaitu menggunakan library DLL native milik Windows. Saya copy semua library DLL yang ada di direktori C:\Windows\System32 dari komputer Windows milik rekan saya ^_^ Kemudian saya letakan di direktori Wine di /home/.wine/drive_c/windows/system32, dan akhirnya SPSS 15 berjalan dengan sangat lancar!


Karena saya sadar saya melakukan “perbuatan jahat”, akhirnya saya un-install lagi SPSS tersebut, dan secara keseluruhan saya tidak puas. Kalau mau, sebenarnya kita bisa mencari DLL di support Microsoft secara free. Nah, karena begitu banyaknya library yang di butuhkan, hal ini bukan pekerjaan yang mudah. Cara pintas yang paling simpel adalah kita membuat skrip untuk men-download dan menginstalasi library tambahan yang dibutuhkan Wine seperti winetricks. Kita bisa menggunakan skrip winetricks dan tinggal mengganti dan menambah file yang kita butuhkan :D


Walalupun begitu, karena di kost saya tidak ada koneksi internet, tetap saja mustahil menggunakan Winetricks. Bisa saja sih, saya mencari warnet yang menggunakan Linux, kemudian saya membuat direktori 'fake' wine untuk sekedar meletakan file download-an dari skrip winetricks, tapi tetap saja merepotkan T_T


Karena opsi menggunakan kembali windows sudah saya tutup rapat-rapat, akhirnya saya memilih menggunakan SPSS 11.5 saja, yang sudah berjalan tanpa masalah sedikit pun di Linux.


Selamat ber-Linux !



Lebih Mudah Dengan Shell Script

Written By Unknown on Wednesday, 13 May 2009 | 21:34

Ada banyak kepentingan dalam bekerja dengan komputer. Yang pasti, bagi sebagian besar orang termasuk saya, sulit untuk bekerja di depan komputer tanpa di iringi oleh musik. Lalu apa masalahnya?

Masalahnya adalah, seringkali kita dalam posisi bekerja dengan aplikasi yang berat semisal GIMP dan Inkscape, sementara aplikasi pemutar musik kita juga lumayan berat, katakanlah Amarok. Menghemat memory sangat penting di sini. Alternatifnya, kita bisa menggunakan aplikasi pemutar musik command-line seperti mpg321 atau Moc. Sangat hemat sekali memory. Dari hasil cek saya lihat di 'gnome-system-monitor', saya dapati aplikasi mpg321 hanya 'memakan' memory sekitar 600-an kilobyte saja! Sangat hemat sekali!


Permasalahan utamanya, dalam banyak konteks dan keperluan, bekerja dengan modus teks terasa tidak praktis, termasuk menggunakan mpg321. Katakanlah kita ingin memainkan musik di direktori :

mpg321 /home/anu/Music/bla/bla/anu/entah\ berantah/dll/ dan/lain\ lain/*.mp3 *.MP3


Repot kan? Lalu bagaimana? Gampang! Buat saja shell script! Struktur shell script mirip dengan struktur html. Misal, sebagai contoh, saya punya koleksi musik di direktori “/home/alwan/Music/Gary\ Moore/Ballad\ And\ Blues\ 1982/-\ 1994/”, shell script untuk menjalankan mpg321 adalah sebagai berikut :

!/bin/sh
mpg321 /home/alwan/Music/Gary\ Moore/Ballad\ And\ Blues\ 1982/-\ 1994/*.MP3

(lebih nyaman bagi saya menggunakan Gedit daripada Vi untuk menulis script)


Simpan dengan nama terserah kita, misal saja “gary_moore”. Terakhir, kita hanya perlu membuatnya executable dengan men-chmod ke u+x.


$ chmod u+x gary_moore (tanpa autentifikasi root)


Jadilah sekarang kita punya shell script memainkan musik menggunakan mpg321. Untuk menjalankannya kita tinggal men-double klik, lalu pilih “Run in Terminal” atau “Run”, dan aplikasi mp321 memainkan koleksi musik kita dengan cara yang sangat simpel dan praktis!


Shell script bisa juga di gunakan untuk perintah lain yang kita butuhkan, dengan memanfaatkan utilitas dasar di sistem linux, atau aplikasi yang ada di sistem kita. Sebagai contoh, saya membuat Shell script untuk membuka dan menutup DVD-ROM. Dengan memanfaatkan utiliti dasar eject, skrip-nya sangat simpel sekali.

Skrip 'buka_dvd'
!/bin/sh
eject

Skrip 'tutup_dvd'
!/bin/sh
eject -t


Menarik bukan? Selamat ber-Linux! ^_^



Measurement Maketh Marketing?

Written By Unknown on Tuesday, 12 May 2009 | 23:31

A number of recent conversations with advertising people have featured their defending of campaigns designed to "raise awareness" of a product/service. Of course, with the exception of the impulse purchase, it is probably important that a potential customer has some awareness of your offering, but I've always been concerned that awareness carries no inherent implication of action.

If your marketing solely raises awareness of your existence, it's more than likely raising an equal awareness of your category and will result in a general sales spike for you and your competitors. Unless your marketing prompts awareness coupled with genuine interest and, I would argue, a degree of real desire to purchase, then there is no guarantee that your sales spike will be better than your competitors.

In an age of metrics, building awareness has the advantage of being a goal that is reasonably convincingly measurable in terms of unprompted customer recall (though prompted recall still seems totally disingenuous to me). But to do so is to elevate measurement above effectiveness as your marketing goal. It's the difference between being Miss/Mr Congeniality and the one that everyone wants to date.

Bekerja Dengan Shell Tak Harus Membosankan !

Written By Unknown on Sunday, 10 May 2009 | 10:04

Layar Terminal yang imut





Pilih gambar sebagai background

Seting opacity



Edit 'Current Profile'



Desktop Linux dan Unix ( termasuk di dalamnya Mac OS X ), adalah sebuah desain desktop yang sempurna. Perpaduan antara desain interface garfis yang indah, menawan dan efisien, dengan manajemen sistem berbasis shell script dan teks yang sangat ampuh.



Untuk itulah, di desktop Unix selalu ada aplikasi 'terminal-emulator' untuk berkomunikasi dengan shell. Apliaksi yang terkenal antara lain 'xterm', 'gnome-terminal', 'konsole', dan 'xfce4-terminal'.



Bagi administrator komputer dan sistem informasi berbasis Linux, bekerja dengan menggunakan shell adalah keniscayaan dan menjadi rutinitas. Dan dimanapun, rutinitas akan cenderung berujung kepada kebosanan. Dan nampaknya, hal tersebut terpikirkan oleh para pemrogram komputer FOSS.



Aplikasi 'terminal-emulator' seperti 'gnome-terminal', 'konsole', 'xfce4-terminal' dan 'roxterm' di lengkapi dengan pengaturan interface yang cukup 'membantu' memperindah tampilan layar 'terminal' agar tidak melulu hitam dengan tulisan berkedip.



Satu pengaturan yang saya suka adalah, kita bisa menyisipkan gambar sebagai background layar kerja terminal, sehingga layar terminal menjadi sangat segar dan menggemaskan ^_^



Cara untuk men-seting gambar sebagai background layar terminal cukup mudah. Pada 'gnome-terminal', pilih menu 'Edit>Current Profile'. Pada jendela konfigurasi profil, pilih tab 'Effect>Background Image'. Kita tinggal memilih gambar yang kita suka untuk menjadi background. Agar gambar tidak mengganggu layar karena memiliki warna yang sama dengan teks, kita tinggal mengatur tingkat opacity (transparansi warna layar terminal dengan gambar background) sesuai selera kita. Yang paling ideal tentu 50 % (bagi saya).



Kini kita punya layar kerja terminal yang sangat 'imut' dan 'menggemaskan'. Tak perlu lagi ada kebosanan bekerja dengan shell di terminal.



Selamat ber-Linux! ^_^



Indah Tak Perlu Mahal !



Satu aplikasi `khas` desktop Mac yang selalu menarik adalah dock. Karena saking menariknya, aplikasi dock untuk desktop non-Mac pun banyak di buat. Di Windows ada RocketDock dan ObjectDock. Di Linux ada banyak pilihan, dan yang terakhir paling terkenal adalah Avant-Window-Navigator dan Cairo-Dock.



Sayang sekali, aplikasi dock di desktop Linux hanya bekerja pada modus compositing desktop, seperti Compiz Fusion. Padahal untuk mengaktifkan aplikasi compositing desktop semacam Compiz, butuh VGA yang 'agak lumayan', katakanlah minimal on-board Intel 8xx/9xx.



Lalu, bagaiman dengan nasib komputer yang hanya bermodal VGA shared 'minimal' seperti komputer saya? Jangan khawatir! Ternyata aplikasi compositing desktop tidak melulu harus aplikasi berat sekelas Compiz Fusion. Ada satu aplikasi compositing desktop yang sangat kecil dan ringan, tetapi sudah mampu memenuhi syarat kebutuhan untuk menjalankan aplikasi dock. Aplikasi compositing desktop tersebut adalah xcompmgr.



Kita tinggal menginstalasi saja aplikasi tersebut dari repositori :



$ sudo apt-get install xcompmgr



Jalankan :



Run (Alt+F2), ketik xcompmgr



Kalau desktop 'berkedip' untuk sesaat, berarti aplikasi sudah berjalan. Selanjutnya, kita tinggal menjalankan aplikasi dock kesukaan kita, AWN, Cairo-Dock atau yang lain.



Kini, komputer dengan hardware minimalis pun dapat menikmati kepraktisan dan keindahan aplikasi dock di desktop Linux!



Selamat bereskplorasi dengan Linux !



Selecting Lebih Mudah Dengan Krita



Lagi-lagi saya di tolong oleh aplikasi KDE! Memang pada awal saya menggunakan Linux, saya langsung jatuh cinta pada KDE. Hanya akhir-akhir ini saja saya lebih suka bekerja dengan Gnome karena lebih ringan dan simpel. Pada dasarnya saya tetap jatuh cinta pada KDE, karena keindahan desktop serta kelengkapan aplikasi-aplikasinya.



Kisahnya begini, dari dulu saya selalu mengalami kesulitan saat mencoba melakukan selecting image menggunakan `magic select` di GIMP. Alhasil, saya sering menggunakan `eraser` brush untuk melakukan `magic select` di GIMP.



Dan saya jadi teringat pada desktop Kubuntu, yang mana terdapat aplikasi image editing bernama Krita. Langsung saja saya instalasi :



$ sudo apt-get install krita



Jendela kerja yang jadi satu, serta tool-tool yang `photoshop` look, sangat mudah untuk di operasikan. Dan yang paling enak, sekarang saya bisa menggunakan tool untuk melakukan selecting dan croping dengan lebih mudah.



Satu hal yang agak kurang adalah, Krita terasa lebih berat daripada GIMP. Tapi tak masalah bagi saya.



Selamat berkarya dengan desktop Linux!

The 4 C's Of Social Objects.

Written By Unknown on Saturday, 9 May 2009 | 04:02


What the world definitively does not need now is yet another blogpost about social objects. I just want to remind you that regardless of what social media agencies might say, the social does not have to be about socialising in the sense of directly interacting or indulging in the dreaded conversation.

Consider that most quoted of social objects the iPod. It fulfils 4 C's of social media, but conversation is the last of them because it's specifically designed to isolate you from conversations. Remember that when you think of social objects in respect of your own marketing efforts.


Copying

Talking is just one way that we communicate. As Mark continues to tell us, ideas spread predominantly via copying. We see something that we like and we adopt it ourselves. We don't have to discuss it with the previous user. The "conversation" has happened anyway.

Confirmation

Confirmation follows from copying. Seeing the social uptake of something we've bought serves to confirm to us that we made a good choice. Nobody needs to tell us that, but every time we see it, we feel better about our decision and the product/service. A lot of marketing (think car advertising) works on that post-purchase reinforcement.

Communality

We see fellow users and delight in the realisation that not only did we make the right choice, but that the act of doing so ordained us with membership of a community of like-minded, savvy people. Our people, but not necessarily people with whom we have to have a conversation. Kathy Sierra summed it up perfectly when she wrote of the nod.

Conversation

And finally there is conversation. But it's not conversation about the product/service. Most of the time (as I wrote before) we don't want that. However, we enjoy conversations that spring from the preceding C's. Those are the conversations you want to inspire or simply faciliate amongst your users and prospects.

Interruptive conversations are much more interruptive than they are conversational and are the result of imposing an old communication model or a new communciation world. Avoid them and your product's social life will be a much richer and happier one.

A Nonsense Of Customer Service Urgency.

Written By Unknown on Thursday, 7 May 2009 | 10:06


We confirm receipt of your letter addressed to the Managing Director who has referred the matter for our urgent attention.

A member of our customer service team will get back to you within ten working days.


Can you spot the dissonance between the words and the promised action? It's not what you say that counts, it's what you do.

The speed of resolution isn't really that important either. After all, some problems are more complex than others. Thoroughness is good, but applying an arbitrary ten day response is not only daft, it's impersonal.

Will I be happy in ten days time. Who knows? Am I happy that it will take ten days before I get a clue of what they're thinking of doing? What do you think? The speed that matters is the speed with which you inform the customer what you're doing and not merely that you're doing something.

Menaklukan Si Cantik dan Sexy Atheros

Written By Unknown on Wednesday, 6 May 2009 | 09:30

WLAN Atheros bekerja setelah 'di oprek'



Network Manager tidak mengaktifkan wireless.

'wireless is disabled'




Driver Atheros `ath5k` sebenarnya sudah terbaca dan bekerja





Ceritanya, kemarin ada rekan saya yang minta tolong di instalasikan Ubuntu di netbook Acer Presario One. Hmm! Langsung saja saya coba instalasi Ubuntu, dan ternyata baik Ubuntu Hardy maupun Ubuntu Ibex tidak mau boot di Acer Presario One tersebut. Entahlah! Pastinya ada penyelesaian, tapi saya malas mencari penyelesaiannya dan lebih memilih mencoba dengan Ubuntu Jaunty 9.04, yang ternyata berhasil dengan mudah, lancar dan tanpa masalah ! =)



Semua hardware bekerja sempurna, termasuk VGA Intel. Desktop 3D langsung bekerja. Semua bekerja sempurna, kecuali satu : WLAN! Usut di usut, ternyata WLAN yang digunakan adalah Atheros. Dan setelah mancari tahu kesana-kemari, memang (sepertinya) semua produk notebook dan netbook Acer menggunakan WLAN Atheros.



Waduh! Kok belum bekerja ya? Langsung lah saya bertanya ke Om Google, dan buanyakk sekali forum yang membahas tentang troubleshot WLAN Atheros di Ubuntu. Hwaduh! Pusing ^_^



Semua saya coba, dan sangat melelahkan sekali. Dari menggunakan ndiswrapper. Ini-itu dan sebagainya, kebanyakan belum juga berhasil. Dan dari forum-forum tersebut, pada akhirnya saya menemukan satu masalah inti dari WLAN Atheros di Ubuntu, yaitu adanya modul yang bernama acer_wmi. Modul inilah yang “menghambat” network manager untuk merngaktifkan driver Atheros. Hmmm!



Benarkah? Yap! Saat saya lihat status hardware dengan lspci, WLAN Atheros sudah terdeteksi. Begitu pun saat saya lihat driver Atheros di menu “System>Administration>Hardware Drivers”. Di situ sudah terdapat driver bawaan Ubuntu untuk Atheros yang bernama “ath5k”. Begitu juga saat saya masuk ke area hotspot dan saya coba `iwlist scan`, terdeteksi adanya koneksi wireless. Hmmm!



Baiklah, mari kita ke inti pembicaraan. Step by step ^_^



Pertama, untuk jaga-jaga (karena saya tak tahu driver mana yang akhirnya di pakai), saya download paket tarbal madwifi. Kalau kita menggunakan Ubuntu Hardy, nampaknya wajib mendownload madwifi, karena driver ath5k belum ada di Hardy.



Kedua, instalasi terlebih dahulu paket dasar untuk melakukan kompilasi, yaitu build-essential. Paket itu di sertakan di CD instalasi Ubuntu, beserta semua dependensinya. Agar mudah dan tidak memusingkan, kumpulkan saja semua paket .deb build-essential, gcc dan patch, yang ada di direktori CD instalasi Ubuntu di :

/pool/main/b/build-essential,

/pool/main/g/gcc

/pool/main/g/gcc-default dan di

/pool/main/p/patch



Setelah semua paket .deb di kumpulkan di Home, langsung saya instalasi semuanya.



$ sudo dpkg -i *.deb



Sebenarnya ada cara yang lebih praktis, yaitu menggunakan apt-cdrom, tetapi karena yang saya oprek adalah netbook yang tak ada drive optiknya, maka saya menggunakan trik tersebut. Bagi kita yang menggunakan notebook Acer yang dilengkapi DVD, coba saja dengan apt-cdrom :



Masukan Live CD / alternate installer.

$ sudo apt-cdrom add

$ sudo apt-get install build-essential

Gagal? Pakai saja `cara praktis` saya di atas. ^_^



Langkah ketiga, saya ekstraksi paket madwifi. Daripada ribet dengan terminal, saya lebih suka mengekstraksi dengan metode klik kanan>`Extract Here`. Kemudian kita masuk ke direktori hasil ekstraksi dan melakukan kompilasi (dengan terminal tentu saja =)



$ sudo make



instalasi driver :



$ sudo make install



Saya reboot Ubuntu, dan saya klik di network manager. Ternyata status wireless masih `disabled`. Status `enable wireless`-nya juga belum ada tanda centangnya, alias belum aktif. Lampu indikator WLAN juga belum nyala dan berkedip. What the damned is going on? God! Argggghhh! ^_^



Dont panic! Ternyata, sebenarnya driver madwifi sudah terbaca. WLAN Atheros sudah terdeteksi. Hanya saja ada modul “kurang berguna” yang bernama `acer_wmi`. Modul inilah yang `menghambat` network manager untuk bekerja dengan baik untuk memfungsikan WLAN. Untuk itu, kita harus men-disabled modul ini. Caranya? Mudah! Kita masukan saja modul ini ke daftar modul yang di blacklist. Tambahkan satu baris parameter di konfigurasi /etc/modrobe.d/blacklist.conf (untuk Ubuntu Hardy dan Ibex, file konfigurasi hanya bernama /etc/modprobe.d/blacklist)



$ sudo gedit /etc/modprobe.d/blacklist.conf



Tambahkan baris di bawah ini, di bagian paling akhir file konfigurasi blacklist tersebut :



blacklist acer_wmi



Dalam forum Ubuntu Hardy yang saya dapat, perintahnya adalah :



blacklist module acer_wmi



Namun, pada kasus Ubuntu Jaunty yang saya kerjakan, baris tersebut tidak bekerja. Jadi harus di coba, untuk menggunakan tambahan `module` atau tidak.



Langkah keempat, untuk mengaktifkan lampu indikator WLAN, kita harus menambah dua baris parameter dari konfigurasi sysctl, yang terletak di /etc/sysctl.conf.



$ sudo gedit /etc/sysctl.conf



Tambahkan dua baris parameter di bagian paling akhir file konfigurasi sysctl :



dev.wifi0.ledpin=3 

dev.wifi0.softled=1



Terakhir, reboot Ubuntu. Dan eureka!... Berhasiiiiiiiiiiiiiiiiiiiilllllllllll ^_^



Akhirnya, saya berhasil “menaklukan” si cantik nan liar dan bandel Atheros. Yeepee!

'Kutempuh hari-hariku. Putaran waktu tlah terbias berlalu. Menggapai bintang, liarkan harapan. Peran ini wajar kumainkan. Apa sekedar mencari kepuasan? Namun jiwa ini terlanjur kecewaa.. ingin aku diam dalam sadar, hadapi kenyataan..'

'hidup di dunia, bukanlah sekedar sandiwara, ooooo ooh'. Rupanya Amarok dengan setia menemani saya, meneriakan lagu hard rock klasik dari Jet Liar. Seolah menyemangati saya untuk selalu mencintai Linux dan tak ada kata menyerah untuk 'mengoprek'.



Happy Hacking! Happy Tux-ing!



Link terkait > | download madwifi |



Baca juga > | menulis hanacaraka di linux |



 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Turorial Grapich Design and Blog Design - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger